AGAMA-AGAMA
DUNIA
AGAMA
SIKH : AJARAN DAN PRAKTEK KEAGAMAAN
Tugas
ini disusun untuk memenuhi syarat
Pada
Mata kuliah : Agama-agama Dunia
Disusun
Oleh:
Sukmaya
(1113032100043)
Oktavia
Damayanti (1113032100056)
Jurusan
Perbandingan Agama
Fakultas
Ushuluddin
Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2014
DAFTAR
ISI
1. Ajaran keagamaan agama Sikh
A.
Ajaran Agama
Sikh -- 2
B.
Konsep Ketuhanan
Dalam Agama Sikh -- 2
C.
Ajaran Nanak
tentang Manusia -- 3
D.
Ajaran Nanak
tentang Alam -- 4
E.
Tentang Ibadah
Dan Tempat Yang Disucikan -- 5
F.
Tentang Aspek
Eskatologi (Hidup Setelah Mati) -- 6
2.
Kitab
Suci Agama Sikh
1. Adi
Granth -- 6
2. Dasam
Granth -- 7
3.
Praktek
Keagamaan Sikh
1. Adat
Istiadat Penganut Sikh -- 9
4.
KESIMPULAN
--
9
1.
Praktek
keagamaan Sikh
A.
Ajaran
Agama Sikh
1. Tentang
Tuhan Yang Maha Esa
2. Tentang
Sabda adalah Kata Tuhan
3. Tentang Guru
sebagai Penuntun Hidup Abadi
4. Tentang
Praktek Spirituil (Sadhana)
Dasasila Ajaran Guru Nanak:
- Engkau harus percaya pada Tuhan Yang Maha Esa
- Engkau harus menghormati manusia sesamamu, baik laki-laki maupun wanita, dengan respek yang sejajar.
- Engkau harus mempunyai rasa peri-kemanusiaan yang luas dan mendalam.
- Engkau harus memajukan watak pribadimu dengan perbuatan kebajikan yang mulia dan luhur.
- Engkau harus selalu ingat kepada Tuhan.
- Engkau tidak boleh buta akan kepercayaan.
- Engkau harus menolak perbedaan kasta.
- Engkau tidak boleh berjanji dengan mempergunakan bentuk dan adat istiadat agama.
- Engkau tidak boleh menyangkal kenyataan dunia ini.
- Engkau tidak boleh percaya dengan peraturan seorang pemimpin rohani akan penyelamatan dirimu atas hukuman Tuhan.[1]
B. Konsep
Ketuhanan Dalam Agama Sikh
Berkaitan dengan konsep ketuhanan,
definisi terbaik yang dapat diberikan oleh orang-orang Sikh adalah konsep ‘Mul
Mantra’. Konsep ini menjadi landasan fundamental agama Sikh yang termuat di
dalam bagian permulaan kitab suci agama Sikh yaitu Sri Guru Granth Shahib.
Dalam kitab Sri Guru Granth Shahib volume 1, pasal 1 ayat 1 disebutkan istilah
‘Japoji Mul Mantra’. Ayat tersebut berbunyi “Hanya ada Allah Tuhan Yang
Esa. Tuhan itu disebut Dadru, ‘Sang Pencipta’, atau ‘Dia yang terbebas dari
rasa takut dan rasa kebencian’, ‘Dia Yang Kekal ‘Dia yang tidak dilahirkan’.
Agama Sikh ini secara tegas menyatakan diri sebagai agama monotheisme. Dan Tuhan
Yang Maha Kuasa yang tidak tampak wujudnya itu disebut ‘Ek Omkara’, sedangkan
Tuhan yang tampak wujudnya disebut ‘Omkara’.
Guru Granth Shahib memberikan
nama-nama yang beragam kepada bentuk penampakan Tuhan ini (Omkara), atau
yang disebut dengan ‘Kartar’ (Sang Pencipta), ‘Akal’ (Yang
Abadi), ‘Satyanama’ (Yang Maha Suci), ‘Shahib’ (Tuhan), ‘Parvadigar’
(Sang Pemelihara), ‘Rahim’ (Sang Pengasih), ‘Karim’ (Yang Mulia).
Tuhan juga mempunyai gelar lain yang disebut dengan ‘Wahe Guru’, yang
berarti satu Tuhan yang sejati.
Di samping itu, agama Sikh juga
menentang ajaran Avtarvada, yakni konsep titisan (inkarnasi) Tuhan.
Orang-orang Sikh ini meyakini bahwa Tuhan tidak bisa mengambil wujud berupa
manusia. Mereka tidak percaya bahwa Tuhan bisa melakukan inkarnasi, dan mereka
juga melarang pe-nyembahan-penyembahan terhadap berhala-berhala. Guru Nanak
sangat dipengaruhi oleh ajaran Kabir. Tidak mengherankan, bila Anda membaca ‘Sri
Guru Granth Sha-hib’, terdapat beberapa bab yang mengandung untaian ‘Do
has’ dari Sant Kabir. ‘Dukh mein sumren sab kare, Sukh mein kare na koi.
Joi sukh mein sumren kare, to dukh kahe hoi’. Artinya, setiap orang akan
ingat kepada Tuhannya tatkala ia berada dalam lilitan masalah, tetapi tidak
seorangpun yang mengingat-Nya tatkala berada dalam keadaan senang dan bahagia.
Seseorang yang bisa mengingat Tuhan tatkala berada dalam keadaan senang dan
bahagia, bagaimana mungkin ia akan terjatuh ke dalam masalah .
Pesan yang sama disampaikan dalam kitab suci Al-Qur’an
yang berbunyi., yakni di dalam surat Az-Zumar, surat ke-39, ayat 8,
disebutkan :
Artinya: “Dan apabila manusia itu ditimpa
kemudharatan, dia memohon (pertolongan) kepada Tuhannya dengan kembali
kepada-Nya. Kemudian apabila Tuhan memberikan nikmat-Nya kepadanya, lupalah dia
akan kemudharatan yang pernah dia berdoa (kepada Allah) untuk
(menghilangkannya) sebelum itu, dan dia mengada-adakan sekutu bagi Allah untuk
menyesatkan manusia dari jalan-Nya”.
C. Ajaran Nanak
tentang Manusia
Guru Nanak mengajarkan bahwa seluruh
umat manusia adalah satu. Orang dimuliakan bukan karena ia anggota kasta ini
atau itu, kepercayaan ini atau itu, melainkan karena ia adalah “manusia”. Oleh
sebab itu Nanak sangat menentang ajaran tentang kasta, lebih-lebih ajaran
tentang adanya manusia “najis” yang haram di sentuh.
Nanak meletakkan dasar bagi
pengengkatan martabat manusia di kalangan masyarakat Hindu bukan atas dasar
kasta, upacara-upacara singkat seperti mantra-mantra, keajaiban-keajaiban,
misteri-misteri, tetapi atas dasar kodrat dan kecenderungan manusia itu
sendiri. “Tidak ada gunanya itu kasta dan kelahiran: pergilah dan tanyakan pada
mereka yang mengetahui kebenaran. Derajat seseorang ditentukan oleh amal
kebajikannya,” demikian katanya.
Nanak sangat mementingkan segi moral
manusia. Menurut dia, manusia harus hidup dengan mengutamakan kesempurnaan
moral, karena nilai manusia terletak pada tinggi rendahnya moral itu.[2]
D.
Ajaran Nanak tentang Alam
Nanak mengajarkan bahwa alam semesta
ini adalah ciptaan Tuhan, dan tidak abadi. Yang kekal dah abadi hanya Tuhan,
karena Tuhan adalah Realitas Mutlak. Nanak, juga manusia lain, adalah hamba
Tuhan. Tuhan adalah Yang Maha Kuasa, menguasai segala-galanya. Kalau manusia
beranggapan bahwa ia bebas melakukan kehendaknya, maka ia tidak akan dapat
menikmati kebahagiaan yang sejati. Dengan kodrat dan iradat Tuhan seluruh alam
ini terjadi, dan melalui Hukum Tuhan alam ini menjalani kehidupannya. Tidak ada
sesautu yang bisa berjalan di luar Kehendak dan Hukum Tuhan.
Apapun yang dikendaki Tuhan semuanya
pasti terjadi. Tidak ada yang berada di bawah kuasa makhluk. Tuhan Yang Maha
Kuasa, Maha Tahu dan Maha Kasih Sayang. Ajaran-ajaran yang berasal langsung
dari Nanak ini dilengkapi terus oleh guru penggantinya. Guru Angarh mulai
mencetuskan tentang perlunya kaum Sikh memiliki kitab suci dan rumah ibadahnya
sendiri. Ia mempelopori pengadaan dua hal tersebut. Ia berusaha membersihkan
unsur-unsur Hindu dari dalam Sikh seperti larangan pemujaan Sakti. Larangan
membakar janda yang ditinggal mati suaminya dipelopori oleh Amar Das, guru
ketiga. Ram Das menetapkan ajaran tentang kewajiban menyumbangkan sebgaian
harta untuk menegakkan agama dan kepentingan umat. Juga pengangkatan seseorang
menjadi iman atau pemimpin upacara ditetapkan olehnya. Realisasi ide adanya
tempat suci dilaksanakan oleh Ram Das ini. Ia membangun kuil emas Amritsar,
yang sampai sekarang dianggap sebagai kuil yang paling suci oleh orang-orang
Sikh.
Guru Govind Singh memperdekat Sikh
dengan Hindu. Ia memasukkan kembali unsur-unsur Hindu yang sebelumnya telah
dibersihkan dari Sikh. Berkat jasanya, syair-syair Ramayana dan Mahabharata
dipadukan pembacanya sebagai Adi Granth di kuil-kuil Sikh. Begitu juga
ajaran-ajaran tambahan lainnya, seperti penyucian atau sakramen yang mereka
sebut Khandadi-Paul dan Karah Parshad. Perjamuan dan simbol-simbol kesucian
yang terdiri dari 5K juga merupakan hasil tambahan dari guru.
E.
Tentang Ibadah Dan Tempat Yang
Disucikan
Gurdwara adalah sebuah kuil
peribadatan pemeluk Sikh. Gurdwara di Amritsar, nama resminya Harmandir Sahib,
berwarna emas, bersinar gemilang. Kuil ini terletak di tengah danau berbentuk
persegi. Tanah di sekitarnya berupa lantai pualam. Amritsar semula adalah nama
danau. Amrit Sarovar berarti danau air suci. Kemudian menjadi nama kompleks
kuil ini. Sampai akhirnya, seluruh kota ini dinamai Amritsar. Danau ini begitu
suci. Ratusan umat Sikh mencelupkan diri ke dalam airnya yang sejuk. Ritual
mandi ini bukan sekadar membasuh diri secara badani, tetapi punya juga
pembasuhan dan penyucian jiwa spiritual.
Ada sedikitnya 15 juta penganut
agama Sikh di India. Pria Sikh dikenali dengan mudah dari turban mereka yang
membumbung tinggi. Mereka selalu menutup rambut panjang mereka dengan turban.
Dalam agama Sikh, kesh atau rambut yang terpotong, adalah salah satu simbol
terpenting. Sepanjang apa pun, rambut, jenggot, dan semua bulu yang tumbuh di
sekujur tubuh tak boleh dipotong. Kaum pria menyembunyikan rambut panjangnya
dengan rapi di bawah surban mereka. Kaum wanita selain berambut panjang juga
tidak boleh mencukur alis. Rambut punya arti yang penting dalam agama ini.
Memasuki tempat suci ini, semua orang diharuskan untuk menutup rambutnya, boleh
dengan surban, topi, kerudung, atau kain.
Di dalam ajaran agama Sikh “Rambut
adalah lambang kesucian yang dianugerahkan Tuhan kepada umat manusia. Tidak
memotong rambut berarti menerima dan mensyukuri apa yang dianugerahkan oleh
Tuhan.” Kuil emas ini terbuka bagi semua orang. Umat dari pelbagai agama,
bahkan yang tidak beragama pun, disambut dengan ramah di sini. Di tempat
sucinyalah dia merasa, hati dipenuhi rasa berserah diri yang sepenuhnya. [3]
F.
Tentang Aspek Eskatologi (Hidup
Setelah Mati)
Kepercayaan dalam agama Sikh tentang
hidup setelah mati rupanya ajarannya sama dengan Islam. Adapun perbedaan yang
mendasar di dalam ajaran agama Sikh dengan agama Islam adalah tidak adanya
kepercayaan di dalam agama Sikh tentang hari akhir. Mereka masih mempercayai
nirwana yang diajarkan oleh agama Hindu Brahmana.
2. Kitab Suci Agama Sikh
A. Adi Granth
Adi Granth bermakna
Kitab Asli (Original Books) dan bisa pula dipanggilkan dengan Kitab
Pertama (Firs Books). Kitab suci ini disebut juga Guru Granth Sahib,
dan merupakan kitab yang disusun oleh guru yang kelima, Arjun, di Amritsar. Adi
Granth mempunyai tiga versi, yaitu Kartar Vali Bir, Bhai Banno Vali Bir, dan
Dam Dama Vali Bir. Kitab tersebut merupakan buku kecil, hasil revisi Guru
Govind Singh yang melengkapi dan menyisipi isi kitab yang disusun ayahnya, Tegh
Bahadur, yang terdiri dari nyanyian-nyanyian suci yang disusun oleh lima orang
yang pertama, dan disusun oleh Govind Singh sendiri, serta syair-syair yang
diambilkan dari Mahabatrata dan Ramayana Hindu.
Tulisan-tulisan dalam Adi Granth dapat digolongkan
menjadi tiga macam, yaitu:
1) Nyanyian-nyanyian
suci yang disusun oleh guru-guru Sikh. Merupakan bagian terbesar, terdiri dari
2218 syair oleh Arjun; 974 syair oleh Guru Nanak; 907 susunan Amar Das; 679
susunan Ram Das; 115 karangan Tegh Bahadhur dan 62 syair.
2) Nyanyian yang berasal
dari kaum mistik, baik yang beragama Hindu maupun kaum sufi. Sebagian besar
berasal dari sufi besar, Kabir dan Farid.
3) Pujian-pujian yang
ditujukan terhadap guru-guru Sikh, disusun oleh para penyair pengembara Sikh.
B. Dasam Granth
Dasam Granth bermakna
Kitab guru Kesepuluh (The Granth of the Tenth Guru). Di dalam himpunan
itupun termasuk karya tokoh-tokoh Hindu dan karya tokoh-tokoh Islam, termasuk
himpunan sajak Kabir (1488-1512 M) dan himpunan sajak Ramananda
(abad ke-15 M), seorang tokoh reformasi dalam agama Hindu. Kitab ini disebut
juga dengan Dasvin Padshah ka Granth dan merupakan tulisan Guru Govind
Singh sendiri. Isinya terdiri dari empat bagian, yaitu:
1) Mitologi, berisi
dongeng-dongeng yang diceritakan oleh Guru Govind Singh mengenai dewa-dewa dan
dewi-dewi agama Hindu.
2) Filosofis, bagian
yang terdiri dari karya-karya terkenal seperti Jap Shahib, Akal Ustat, Gyan
Probodh, dan Sabad Hazare.
3) Otobiografi, bagian
yang berkenaan dengan riwayat hidup atau biografi termasuk ke dalam Bichitra
Natak dan Zafar Nama.
4) Bagian yang berkenaan
dengan masalah hawa nafsu atau erotik, diantaranya cerita-cerita yang
diceritakan Guru Govind Singh mengenai godaan-godaan kaum wanita serta penuh
cerita-cerita yang sangat cabul.
Kitab ini sebagai tambahan atau
pelengkap Adi Granth, terdapat Janam Sakhis atau riwayat hidup
Guru Nanak secara tradisional. Berisi dongeng-dongeng dan penuh dengan
cerita-cerita Mukjizat dan keajaiban-keajaiban.[4]
3.
Praktek
Keagamaan Sikh
Agama Sikh tidak banyak merumuskan
upacara ibadat. Ibadat yang paling pokok adalah semadi dalam rangka mengingat
Tuhan untuk menyucikan rohani dari pengaruh-pengaruh yang menjauhkan manusia
dari Tuhan.
Di samping itu, mereka mengenal
sujud dan menyanyi di kuil. Tetapi semuanya itu inti pokoknya adalah zikir.
Menurut mereka, kewajiban tertinggi adalah menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa
secara terus menerus. Nama Tuhan Yang Murni itu adalah kekuatan yang akan
membantu manusia, sehingga harus selalu diingat dan diucapkan. Hilangkan segala
sesuatu dari ingatan selain nama Yang Murni itu. Sebut nama itu berulang kali,
dengar nama itu, tumpahkan ingatan akan nama itu, ulang dan ulangi terus
menyebut nama Tuhan setiap saat sampai jiwa terserap ke dalam cahaya ketuhanan.
Nama Tuhan yang Murni diwujudkan
dalam bentuk jamaah yang oleh mereka disebut dengan Khalsa Panth (Jalan Yang Murni). Orang yang sudah
menempuh jalan ini, artinya sudah menjadi anggotanya melalui sakramen atau
baptis, akan memperoleh status sebagai “orang yang suci murni.”
Tidak semua kaum Sikh mengakui dan
mau menerima upacara sakramen dalam bentuk pembaptisan ini. Mereka menganggap
bahwa baptis atau sakramen bukan ajaran Nanak. Mereka tetap mengutamakan semadi
dan ketentraman jiwa dalam ibadat. Mereka disebut Sahajdharis atau
“orang yang hidup tentram.”
Selain itu, kaum Sikh juga
menjadikan tradisi menyikat rambut dua kali sehari dan membaca serta
menyanyikan syair-syair yang terdapat dalam kitab suci mereka setiap hari
sebagai ibadat. Bagi mereka yang tergabung dalam golongan Khalsa Panth,
berperang adalah juga ibadat. Sebab itu, tidak aneh bila setiap mereka
melakukan aksi-aksi kekerasan, kekuatan terakhir, yang terdiri dari basis kaum
militernya, selalu dipusatkan di kuil, termasuk kuil emas Amritsar.[5]
Akhirnya perlu dilihat kembali
keyakinan dan kecenderungan Nanak sendiri selama dia bersentuhan dengan
berbagai ajaran agama yang dianut oleh masyarakat India, terutama agama Hindu
dan Islam.
Ibadat-ibadat Hindu jelas ditolak
semuanya oleh Nanak, tapi ibadat-ibadat Islam juga tidak ada yang ditetapkannya
sebagai ibadat kaum Sikh. Jalan semadi dan zikir yang diutamakannya untuk
menyembah Tuhan adalah merupakan jalan mistik yang paling populer dalam semua
agama. Melalui jalan mistik semua agama bertemu, sehingga benar kiranya bila
dikatakan bahwa agama Sikh yang didirikan oleh Nanak merupakan agama mistik
sinkretis.
A. Adat Istiadat Penganut Sikh
Adat istiadat bermula sejak
kelahiran sehingga kematian penganut Sikh. Pemberian hadiah merupakan amalan
biasa untuk menyambut kelahiran bayi. Pemberian nama merupakan upacara penting
dan ia dikenali sebagai Naamkaran. Disini bayi yang baru lahir itu akan diberikan
nama selepas Granthi membaca Ardas. Kemudian kitab mereka Sri Guru Granth Sahib
akan dibuka secara rambang. Bayi itu akan dinamakan mengikut huruf pertama
dalam mukasurat itu. Nama akhir untuk penganut Sikh adalah sama dan berbeda
hanya mengikut jenis kelaminnya yaitu Singh bagi lelaki, manakala perempuan
dipanggil Kaur. Singh bermaksud “Singa” dan Kaur pula bermaksud “Puteri”.
Apabila seseorang remaja lelaki
mencapai umur sebelas hingga enam belas tahun dia akan melalui satu upacara
pemakaian serban. Upacara yang dipanggil Dastar Bandhni biasanya dilakukan oleh
para agama Sikh dipanggil Granthi atau ketua masyarakat. Bagi seorang Sikh,
perkawinan adalah suci dan mereka percaya pada sistem monogami. Dalam agama
mereka, penceraian adalah mustahil dan tidak dibenarkan. Walaupun begitu,
perceraian masih boleh dilakukan di mahkamah sivil.[6]
KESIMPULAN
Peraktek ke agamaan yaitu suatu rutinitas dan
sekaligus bagi orang orang yang menyakini agamanya itu sendiri dan menurut
ajaran ajaran agama itu sendiri.peraktek keagamaan agama sikh seperti semedi
dalam rangka menyucikan diri dan mendekaatkan diri ke pada tuhan yang agama
sikh anutdan di samping itu itu agama sikh mengenal ujud dan bernyani di
kuli.jadi semua itu inti pokok Pokok dari peraktek keagamanya adalah zikir..
DAFTAR PUSTAKA
Ali,
Mukti, Agama-agama Dunia,(Jakarta,Rajawali,2007)
Raines,
John, Tentang Agama, (Jakarta,Mangala Press,1997)
Azmi,Syaiful,
Agama-agama Minor,(Tanggerang Selatan, UINPRESS,2013)
[1] Syaful
Azmi, Agama-agama Minor,(Tanggerang Selatan, UINPRESS,2013). H.23
[2] Mukti
Ali, Agama-agama Dunia,(Jakarta,Rajawali,2007). H. 312
[3] John
Raines, Tentang Agama, (Jakarta,Mangala Press,1997). H. 54
[4] John
Raines, Tentang Agama, (Jakarta,Mangala Press,1997). H. 87
[5] Mukti
Ali, Agama-agama Dunia,(Jakarta,Rajawali,2007). H. 386
[6] Mukti
Ali, Agama-agama Dunia,(Jakarta,Rajawali,2007). H. 233
Tidak ada komentar:
Posting Komentar