Sabtu, 25 April 2015

AGAMA SIKH : AJARAN DAN PRAKTEK KEAGAMAAN



AGAMA-AGAMA DUNIA
AGAMA SIKH : AJARAN DAN PRAKTEK KEAGAMAAN

Tugas ini disusun untuk memenuhi syarat
Pada Mata kuliah : Agama-agama Dunia




Disusun Oleh:
Sukmaya                     (1113032100043)
Oktavia Damayanti   (1113032100056)

Jurusan Perbandingan Agama
Fakultas Ushuluddin
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2014
DAFTAR ISI
1.      Ajaran keagamaan agama Sikh
A.    Ajaran Agama Sikh -- 2
B.     Konsep Ketuhanan Dalam Agama Sikh -- 2
C.     Ajaran Nanak tentang Manusia -- 3
D.    Ajaran Nanak tentang Alam -- 4
E.     Tentang Ibadah Dan Tempat Yang Disucikan -- 5
F.      Tentang Aspek Eskatologi (Hidup Setelah Mati) -- 6
2.      Kitab Suci Agama Sikh
1.      Adi Granth -- 6
2.      Dasam Granth -- 7
3.      Praktek Keagamaan Sikh
1.      Adat Istiadat Penganut Sikh -- 9
4.      KESIMPULAN -- 9












1.      Praktek keagamaan Sikh
A.  Ajaran Agama Sikh
1.      Tentang Tuhan Yang Maha Esa
2.      Tentang Sabda adalah Kata Tuhan
3.      Tentang Guru sebagai Penuntun Hidup Abadi
4.      Tentang Praktek Spirituil (Sadhana)
Dasasila Ajaran Guru Nanak:
  1. Engkau harus percaya pada Tuhan Yang Maha Esa
  2. Engkau harus menghormati manusia sesamamu, baik laki-laki maupun wanita, dengan respek yang sejajar.
  3. Engkau harus mempunyai rasa peri-kemanusiaan yang luas dan mendalam.
  4. Engkau harus memajukan watak pribadimu dengan perbuatan kebajikan yang mulia dan luhur.
  5. Engkau harus selalu ingat kepada Tuhan.
  6. Engkau tidak boleh buta akan kepercayaan.
  7. Engkau harus menolak perbedaan kasta.
  8. Engkau tidak boleh berjanji dengan mempergunakan bentuk dan adat istiadat agama.
  9. Engkau tidak boleh menyangkal kenyataan dunia ini.
  10. Engkau tidak boleh percaya dengan peraturan seorang pemimpin rohani akan penyelamatan dirimu atas hukuman Tuhan.[1]
B.  Konsep Ketuhanan Dalam Agama Sikh
Berkaitan dengan konsep ketuhanan, definisi terbaik yang dapat diberikan oleh orang-orang Sikh adalah konsep ‘Mul Mantra’. Konsep ini menjadi landasan fundamental agama Sikh yang termuat di dalam bagian permulaan kitab suci agama Sikh yaitu Sri Guru Granth Shahib. Dalam kitab Sri Guru Granth Shahib volume 1, pasal 1 ayat 1 disebutkan istilah ‘Japoji Mul Mantra’. Ayat tersebut berbunyi “Hanya ada Allah Tuhan Yang Esa. Tuhan itu disebut Dadru, ‘Sang Pencipta’, atau ‘Dia yang terbebas dari rasa takut dan rasa kebencian’, ‘Dia Yang Kekal ‘Dia yang tidak dilahirkan’. Agama Sikh ini secara tegas menyatakan diri sebagai agama monotheisme. Dan Tuhan Yang Maha Kuasa yang tidak tampak wujudnya itu disebut ‘Ek Omkara’, sedangkan Tuhan yang tampak wujudnya disebut ‘Omkara’. 
Guru Granth Shahib memberikan nama-nama yang beragam kepada bentuk penampakan Tuhan ini (Omkara), atau yang disebut dengan ‘Kartar’ (Sang Pencipta), ‘Akal’ (Yang Abadi), ‘Satyanama’ (Yang Maha Suci), ‘Shahib’ (Tuhan), ‘Parvadigar’ (Sang Pemelihara), ‘Rahim’ (Sang Pengasih), ‘Karim’ (Yang Mulia). Tuhan juga mempunyai gelar lain yang disebut dengan ‘Wahe Guru’, yang berarti satu Tuhan yang sejati.
Di samping itu, agama Sikh juga menentang ajaran Avtarvada, yakni konsep titisan (inkarnasi) Tuhan. Orang-orang Sikh ini meyakini bahwa Tuhan tidak bisa mengambil wujud berupa manusia. Mereka tidak percaya bahwa Tuhan bisa melakukan inkarnasi, dan mereka juga melarang pe-nyembahan-penyembahan terhadap berhala-berhala. Guru Nanak sangat dipengaruhi oleh ajaran Kabir. Tidak mengherankan, bila Anda membaca ‘Sri Guru Granth Sha-hib’, terdapat beberapa bab yang mengandung untaian ‘Do has’ dari Sant Kabir. ‘Dukh mein sumren sab kare, Sukh mein kare na koi. Joi sukh mein sumren kare, to dukh kahe hoi’. Artinya, setiap orang akan ingat kepada Tuhannya tatkala ia berada dalam lilitan masalah, tetapi tidak seorangpun yang mengingat-Nya tatkala berada dalam keadaan senang dan bahagia. Seseorang yang bisa mengingat Tuhan tatkala berada dalam keadaan senang dan bahagia, bagaimana mungkin ia akan terjatuh ke dalam masalah .
Pesan yang sama disampaikan dalam kitab suci Al-Qur’an yang berbunyi., yakni di dalam surat Az-Zumar, surat ke-39, ayat 8, disebutkan :
Artinya: “Dan apabila manusia itu ditimpa kemudharatan, dia memohon (pertolongan) kepada Tuhannya dengan kembali kepada-Nya. Kemudian apabila Tuhan memberikan nikmat-Nya kepadanya, lupalah dia akan kemudharatan yang pernah dia berdoa (kepada Allah) untuk (menghilangkannya) sebelum itu, dan dia mengada-adakan sekutu bagi Allah untuk menyesatkan manusia dari jalan-Nya”.

C.     Ajaran Nanak tentang Manusia
Guru Nanak mengajarkan bahwa seluruh umat manusia adalah satu. Orang dimuliakan bukan karena ia anggota kasta ini atau itu, kepercayaan ini atau itu, melainkan karena ia adalah “manusia”. Oleh sebab itu Nanak sangat menentang ajaran tentang kasta, lebih-lebih ajaran tentang adanya manusia “najis” yang haram di sentuh.
Nanak meletakkan dasar bagi pengengkatan martabat manusia di kalangan masyarakat Hindu bukan atas dasar kasta, upacara-upacara singkat seperti mantra-mantra, keajaiban-keajaiban, misteri-misteri, tetapi atas dasar kodrat dan kecenderungan manusia itu sendiri. “Tidak ada gunanya itu kasta dan kelahiran: pergilah dan tanyakan pada mereka yang mengetahui kebenaran. Derajat seseorang ditentukan oleh amal kebajikannya,” demikian katanya.
Nanak sangat mementingkan segi moral manusia. Menurut dia, manusia harus hidup dengan mengutamakan kesempurnaan moral, karena nilai manusia terletak pada tinggi rendahnya moral itu.[2]

D.    Ajaran Nanak tentang Alam
Nanak mengajarkan bahwa alam semesta ini adalah ciptaan Tuhan, dan tidak abadi. Yang kekal dah abadi hanya Tuhan, karena Tuhan adalah Realitas Mutlak. Nanak, juga manusia lain, adalah hamba Tuhan. Tuhan adalah Yang Maha Kuasa, menguasai segala-galanya. Kalau manusia beranggapan bahwa ia bebas melakukan kehendaknya, maka ia tidak akan dapat menikmati kebahagiaan yang sejati. Dengan kodrat dan iradat Tuhan seluruh alam ini terjadi, dan melalui Hukum Tuhan alam ini menjalani kehidupannya. Tidak ada sesautu yang bisa berjalan di luar Kehendak dan Hukum Tuhan.
Apapun yang dikendaki Tuhan semuanya pasti terjadi. Tidak ada yang berada di bawah kuasa makhluk. Tuhan Yang Maha Kuasa, Maha Tahu dan Maha Kasih Sayang. Ajaran-ajaran yang berasal langsung dari Nanak ini dilengkapi terus oleh guru penggantinya. Guru Angarh mulai mencetuskan tentang perlunya kaum Sikh memiliki kitab suci dan rumah ibadahnya sendiri. Ia mempelopori pengadaan dua hal tersebut. Ia berusaha membersihkan unsur-unsur Hindu dari dalam Sikh seperti larangan pemujaan Sakti. Larangan membakar janda yang ditinggal mati suaminya dipelopori oleh Amar Das, guru ketiga. Ram Das menetapkan ajaran tentang kewajiban menyumbangkan sebgaian harta untuk menegakkan agama dan kepentingan umat. Juga pengangkatan seseorang menjadi iman atau pemimpin upacara ditetapkan olehnya. Realisasi ide adanya tempat suci dilaksanakan oleh Ram Das ini. Ia membangun kuil emas Amritsar, yang sampai sekarang dianggap sebagai kuil yang paling suci oleh orang-orang Sikh.
Guru Govind Singh memperdekat Sikh dengan Hindu. Ia memasukkan kembali unsur-unsur Hindu yang sebelumnya telah dibersihkan dari Sikh. Berkat jasanya, syair-syair Ramayana dan Mahabharata dipadukan pembacanya sebagai Adi Granth di kuil-kuil Sikh. Begitu juga ajaran-ajaran tambahan lainnya, seperti penyucian atau sakramen yang mereka sebut Khandadi-Paul dan Karah Parshad. Perjamuan dan simbol-simbol kesucian yang terdiri dari 5K juga merupakan hasil tambahan dari guru.

E.     Tentang Ibadah Dan Tempat Yang Disucikan
Gurdwara adalah sebuah kuil peribadatan pemeluk Sikh. Gurdwara di Amritsar, nama resminya Harmandir Sahib, berwarna emas, bersinar gemilang. Kuil ini terletak di tengah danau berbentuk persegi. Tanah di sekitarnya berupa lantai pualam. Amritsar semula adalah nama danau. Amrit Sarovar berarti danau air suci. Kemudian menjadi nama kompleks kuil ini. Sampai akhirnya, seluruh kota ini dinamai Amritsar. Danau ini begitu suci. Ratusan umat Sikh mencelupkan diri ke dalam airnya yang sejuk. Ritual mandi ini bukan sekadar membasuh diri secara badani, tetapi punya juga pembasuhan dan penyucian jiwa spiritual. 
Ada sedikitnya 15 juta penganut agama Sikh di India. Pria Sikh dikenali dengan mudah dari turban mereka yang membumbung tinggi. Mereka selalu menutup rambut panjang mereka dengan turban. Dalam agama Sikh, kesh atau rambut yang terpotong, adalah salah satu simbol terpenting. Sepanjang apa pun, rambut, jenggot, dan semua bulu yang tumbuh di sekujur tubuh tak boleh dipotong. Kaum pria menyembunyikan rambut panjangnya dengan rapi di bawah surban mereka. Kaum wanita selain berambut panjang juga tidak boleh mencukur alis. Rambut punya arti yang penting dalam agama ini. Memasuki tempat suci ini, semua orang diharuskan untuk menutup rambutnya, boleh dengan surban, topi, kerudung, atau kain. 
Di dalam ajaran agama Sikh “Rambut adalah lambang kesucian yang dianugerahkan Tuhan kepada umat manusia. Tidak memotong rambut berarti menerima dan mensyukuri apa yang dianugerahkan oleh Tuhan.” Kuil emas ini terbuka bagi semua orang. Umat dari pelbagai agama, bahkan yang tidak beragama pun, disambut dengan ramah di sini. Di tempat sucinyalah dia merasa, hati dipenuhi rasa berserah diri yang sepenuhnya. [3]

F.        Tentang Aspek Eskatologi (Hidup Setelah Mati)
Kepercayaan dalam agama Sikh tentang hidup setelah mati rupanya ajarannya sama dengan Islam. Adapun perbedaan yang mendasar di dalam ajaran agama Sikh dengan agama Islam adalah tidak adanya kepercayaan di dalam agama Sikh tentang hari akhir. Mereka masih mempercayai nirwana yang diajarkan oleh agama Hindu Brahmana. 

2.      Kitab Suci Agama Sikh

A.      Adi Granth
Adi Granth bermakna Kitab Asli (Original Books) dan bisa pula dipanggilkan dengan Kitab Pertama (Firs Books). Kitab suci ini disebut juga Guru Granth Sahib, dan merupakan kitab yang disusun oleh guru yang kelima, Arjun, di Amritsar. Adi Granth mempunyai tiga versi, yaitu Kartar Vali Bir, Bhai Banno Vali Bir, dan Dam Dama Vali Bir. Kitab tersebut merupakan buku kecil, hasil revisi Guru Govind Singh yang melengkapi dan menyisipi isi kitab yang disusun ayahnya, Tegh Bahadur, yang terdiri dari nyanyian-nyanyian suci yang disusun oleh lima orang yang pertama, dan disusun oleh Govind Singh sendiri, serta syair-syair yang diambilkan dari Mahabatrata dan Ramayana Hindu.
Tulisan-tulisan dalam Adi Granth dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu:
1)      Nyanyian-nyanyian suci yang disusun oleh guru-guru Sikh. Merupakan bagian terbesar, terdiri dari 2218 syair oleh Arjun; 974 syair oleh Guru Nanak; 907 susunan Amar Das; 679 susunan  Ram Das; 115 karangan Tegh Bahadhur dan 62 syair.
2)      Nyanyian yang berasal dari kaum mistik, baik yang beragama Hindu maupun kaum sufi. Sebagian besar berasal dari sufi besar, Kabir dan Farid.
3)      Pujian-pujian yang ditujukan terhadap guru-guru Sikh, disusun oleh para penyair pengembara Sikh.


B.       Dasam Granth
Dasam Granth bermakna Kitab guru Kesepuluh (The Granth of the Tenth Guru). Di dalam himpunan itupun termasuk karya tokoh-tokoh Hindu dan karya tokoh-tokoh Islam, termasuk himpunan sajak Kabir (1488-1512 M) dan himpunan sajak Ramananda (abad ke-15 M), seorang tokoh reformasi dalam agama Hindu. Kitab ini disebut juga dengan Dasvin Padshah ka Granth dan merupakan tulisan Guru Govind Singh sendiri. Isinya terdiri dari empat bagian, yaitu:
1)      Mitologi, berisi dongeng-dongeng yang diceritakan oleh Guru Govind Singh mengenai dewa-dewa dan dewi-dewi agama Hindu.
2)      Filosofis, bagian yang terdiri dari karya-karya terkenal seperti Jap Shahib, Akal Ustat, Gyan Probodh, dan Sabad Hazare.
3)      Otobiografi, bagian yang berkenaan dengan riwayat hidup atau biografi termasuk ke dalam Bichitra Natak dan Zafar Nama.
4)      Bagian yang berkenaan dengan masalah hawa nafsu atau erotik, diantaranya cerita-cerita yang diceritakan Guru Govind Singh mengenai godaan-godaan kaum wanita serta penuh cerita-cerita yang sangat cabul.
Kitab ini sebagai tambahan atau pelengkap Adi Granth, terdapat Janam Sakhis atau riwayat hidup Guru Nanak secara tradisional. Berisi dongeng-dongeng dan penuh dengan cerita-cerita Mukjizat dan keajaiban-keajaiban.[4]

3.        Praktek Keagamaan Sikh
Agama Sikh tidak banyak merumuskan upacara ibadat. Ibadat yang paling pokok adalah semadi dalam rangka mengingat Tuhan untuk menyucikan rohani dari pengaruh-pengaruh yang menjauhkan manusia dari Tuhan.
Di samping itu, mereka mengenal sujud dan menyanyi di kuil. Tetapi semuanya itu inti pokoknya adalah zikir. Menurut mereka, kewajiban tertinggi adalah menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa secara terus menerus. Nama Tuhan Yang Murni itu adalah kekuatan yang akan membantu manusia, sehingga harus selalu diingat dan diucapkan. Hilangkan segala sesuatu dari ingatan selain nama Yang Murni itu. Sebut nama itu berulang kali, dengar nama itu, tumpahkan ingatan akan nama itu, ulang dan ulangi terus menyebut nama Tuhan setiap saat sampai jiwa terserap ke dalam cahaya ketuhanan.
Nama Tuhan yang Murni diwujudkan dalam bentuk jamaah yang oleh mereka disebut dengan Khalsa Panth (Jalan Yang Murni). Orang yang sudah menempuh jalan ini, artinya sudah menjadi anggotanya melalui sakramen atau baptis, akan memperoleh status sebagai “orang yang suci murni.”
Tidak semua kaum Sikh mengakui dan mau menerima upacara sakramen dalam bentuk pembaptisan ini. Mereka menganggap bahwa baptis atau sakramen bukan ajaran Nanak. Mereka tetap mengutamakan semadi dan ketentraman jiwa dalam ibadat. Mereka disebut Sahajdharis atau “orang yang hidup tentram.”
Selain itu, kaum Sikh juga menjadikan tradisi menyikat rambut dua kali sehari dan membaca serta menyanyikan syair-syair yang terdapat dalam kitab suci mereka setiap hari sebagai ibadat. Bagi mereka yang tergabung dalam golongan Khalsa Panth, berperang adalah juga ibadat. Sebab itu, tidak aneh bila setiap mereka melakukan aksi-aksi kekerasan, kekuatan terakhir, yang terdiri dari basis kaum militernya, selalu dipusatkan di kuil, termasuk kuil emas Amritsar.[5]
Akhirnya perlu dilihat kembali keyakinan dan kecenderungan Nanak sendiri selama dia bersentuhan dengan berbagai ajaran agama yang dianut oleh masyarakat India, terutama agama Hindu dan Islam.
Ibadat-ibadat Hindu jelas ditolak semuanya oleh Nanak, tapi ibadat-ibadat Islam juga tidak ada yang ditetapkannya sebagai ibadat kaum Sikh. Jalan semadi dan zikir yang diutamakannya untuk menyembah Tuhan adalah merupakan jalan mistik yang paling populer dalam semua agama. Melalui jalan mistik semua agama bertemu, sehingga benar kiranya bila dikatakan bahwa agama Sikh yang didirikan oleh Nanak merupakan agama mistik sinkretis.


A.      Adat Istiadat Penganut Sikh
Adat istiadat bermula sejak kelahiran sehingga kematian penganut Sikh. Pemberian hadiah merupakan amalan biasa untuk menyambut kelahiran bayi. Pemberian nama merupakan upacara penting dan ia dikenali sebagai Naamkaran. Disini bayi yang baru lahir itu akan diberikan nama selepas Granthi membaca Ardas. Kemudian kitab mereka Sri Guru Granth Sahib akan dibuka secara rambang. Bayi itu akan dinamakan mengikut huruf pertama dalam mukasurat itu. Nama akhir untuk penganut Sikh adalah sama dan berbeda hanya mengikut jenis kelaminnya yaitu Singh bagi lelaki, manakala perempuan dipanggil Kaur. Singh bermaksud “Singa” dan Kaur pula bermaksud “Puteri”.
Apabila seseorang remaja lelaki mencapai umur sebelas hingga enam belas tahun dia akan melalui satu upacara pemakaian serban. Upacara yang dipanggil Dastar Bandhni biasanya dilakukan oleh para agama Sikh dipanggil Granthi atau ketua masyarakat. Bagi seorang Sikh, perkawinan adalah suci dan mereka percaya pada sistem monogami. Dalam agama mereka, penceraian adalah mustahil dan tidak dibenarkan. Walaupun begitu, perceraian masih boleh dilakukan di mahkamah sivil.[6]


KESIMPULAN
Peraktek ke agamaan yaitu suatu rutinitas dan sekaligus bagi orang orang yang menyakini agamanya itu sendiri dan menurut ajaran ajaran agama itu sendiri.peraktek keagamaan agama sikh seperti semedi dalam rangka menyucikan diri dan mendekaatkan diri ke pada tuhan yang agama sikh anutdan di samping itu itu agama sikh mengenal ujud dan bernyani di kuli.jadi semua itu inti pokok Pokok dari peraktek keagamanya adalah zikir..                                                                                     


 DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mukti, Agama-agama Dunia,(Jakarta,Rajawali,2007)
Raines, John, Tentang Agama, (Jakarta,Mangala Press,1997)
Azmi,Syaiful, Agama-agama Minor,(Tanggerang Selatan, UINPRESS,2013)                                                                


[1] Syaful Azmi, Agama-agama Minor,(Tanggerang Selatan, UINPRESS,2013). H.23
[2] Mukti Ali, Agama-agama Dunia,(Jakarta,Rajawali,2007). H. 312
[3] John Raines, Tentang Agama, (Jakarta,Mangala Press,1997). H. 54
[4] John Raines, Tentang Agama, (Jakarta,Mangala Press,1997). H. 87

[5] Mukti Ali, Agama-agama Dunia,(Jakarta,Rajawali,2007). H. 386
[6] Mukti Ali, Agama-agama Dunia,(Jakarta,Rajawali,2007). H. 233

Tidak ada komentar:

Posting Komentar